08 Januari 2008

Tekanan Orang Tua

PARA orang tua rata-rata mendapat nilai B untuk pertanyaan tentang memberi dorongan kepada anak-anak mereka tanpa bersikap terlalu memaksa, namun para remaja tetap saja protes. Menurut mereka, orang tua mereka terlalu khawatir dengan nilai-nilai pelajaran sekolah. “ Aku merasa Mama hanya mencintaiku jika aku mendapat nilai bagus,” tutur seorang gadis berusia 15 tahun asal Antapani, Bandung. Seorang remaja pria berusia 14 tahun dari Tasikmalaya berpendapat serupa, “ Dalam dunia moral ibuku, anak yang baik adalah yang memiliki prestasi akademik cemerlang, dan mendapatkan pekerjaan yang bergengsi.”

Bertolak belakang dengan tuntutan untuk berprestasi akademik yang gemilang, ibu dan ayah ternyata dinilai tidak baik dalam hal membantu pekerjaan rumah mereka. “ Ayahku tidak pernah membantuku dalam mengerjakan PR,” ujar seorang gadis berusia 12 tahun dari Tasikmalaya. Hanya sekitar 37% ayah dan ibu yang mendapat nilai A atau B dalam soal membantu PR.

Pak Syamsudin, guru Bimbingan dan Konseling di SMAN 3 Bandung berpendapat bahwa hal itu lebih banyak disebabkan oleh persoalan kemampuan, bukan kemauan. “Banyak orang tua sekarang ini yang tidak mengenyam pendidikan seperti anak-anak mereka,” katanya. “Bagi mereka, lebih mudah untuk membayar seorang guru les atau menyuruh anak mereka untuk mengikuti kelas remedial. Namun solusi praktis tetap dengan suruhan dan omelan.”

Para remaja rupanya menganggap orang tua mereka senang mengomel. Hanya setengah ayah dan ibu yang dinilai dapat memeberikan nasihat tanpa panjang lebar, atau membicarakan apapun tanpa emosi. “Ibuku tak henti mengomel sampai-sampai telingaku sakit,” ungkap seorang gadis usia 14 tahun dari Bandung. “Kadang aku sampai tertidur karenanya, dan begitu terbangun dia masih mengomel.”

Meski tujuh dari sepuluh orang tua mendapat nilai A atau B dalam hal kemauan mereka untuk menerima anak-anak mereka apa adanya, tetap saja para remaja itu berpendapat bahwa mereka merasa tertekan karena harus memenuhi harapan orang tua mereka. “Kedua orang tuaku sangat berhasrat untuk mengubahku menjadi lebih baik, namun sekuat apapun uasahaku, aku tidak mampu memenuhi keinginan ini,” tutur seorang remaja pria asal Tasikmalaya. “Mungkin dengan menerima anak-anak kalian apa adanya sama dengan memberikan kasih sayang.”

Komunikasi merupakan hal lain yang dikeluhakan para remaja.”Aku ingin orang tuaku mendengar keluh kesahku di tengah kesibukan mereka.” Tutur gadis asal Tasikmalaya.

Ada sekitar 16% remaja memberi nilai D atau bahkan F kepada orang tua mereka karena tidak mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupan remaja mereka.” Ayahku gak tau apa-apa tentang life style. Keinginan serta kebutuhan remaja,” kata seorang remaja pria usia 16 tahun asal Tasikmalaya.

Siska Khairunnisa
Nedutas Lover

Tidak ada komentar: