08 Januari 2008

Mom and Dad Here Your Report

GUE pasti gak akan deg-degan and stress berat kayak gini menjelang pembagian raport kalo bonyok( ortu) gue gak terlalu heboh dan maksain gue supaya masuk IPA,” ungkap Pansy( nama samaran) gadis remaja usia 16 tahun asal Bandung. Sejak masa ujiannya selesai hingga hari pembagian raport, siswi kelas dua SMA itu selalui dihantui kekhawatiran dan rasa cemas yang berlebihan: “ gue yakin mereka akan meneliti setiap nilai yang tertera dalam raport. Kayak diinterogasi aja.”

Lain Pansy lain Draco (nama samaran juga), si ganteng kalem asal Tasikmalaya berujar, “Ah.. saya mah nyantei we. Khan saya atuh yang sekolahnya juga. Lamun Emak bermuram durja mah prinsip saya mah Hadapi dengan senyuman.Semua yang terjadi biarlah terjadi. Hadapi dengan tenang jiwa, semua akan baik-baik saja.Bila ketetapan Tuhan sudah ditetapkan, tetaplah sudah. Takkan ada yang bisa merubah dan takan bisa berubah. Relakan lah saja semua bahwa itu yang terbaik. Hehehehe…” sangat polos dan apa adanya memang.

Mengingat kegelisahan yang selalu dihadapi para remaja sebelum pembagian raport, maka aku memutuskan untuk memutarbalikkan keadaan, aku meminta lebih dari 30 remaja asal Kota Bandung dan Kota Tasikmalaya untuk menilai orang tua mereka, dengan penilaian ala raport. Kemampuan meliputi kemampuan orang tua menunjukan rasa sayang, berkomunikasi, dan memberikan kepada anak-anak soal seks dan narkoba. Aku pun mengajak ngobrol sejumlah remaja di kedua kota itu. Ini dia hasilnya.

Bukan hal aneh jika para ibu mendapat nilai keseluruhan yang lebih baik dibandingkan para ayah –terutama dalam hal mendengarkan dan mengerti keadaan anak-anak remaja mereka-. Para ayah juga kalah unggul dalam hal-hal kecil, seperti mengingat nama teman-teman anak-anak mereka. Di bandung dan Tasikmalaya, jumlah ibu yang memperoleh nilai tertinggi nilai A atau B untuk pertanyaan tersebut, hampir dua kali lebih banyak dibandingkan ayah. Yang paling parah adalah ayah di Bandung : hanya sekitar seperempatnya mendapat nilai A atau B.

Tapi jangan berkecil hati dulu. Bapak-bapak, Anak-anak remaja kalian berpendapat bahwa kalian lebih menghargai privasi mereka, memberikan lebih banyak kemandirian, dan memiliki rasa humor sedikit lebih tinggi dibandingkan para ibu, terutama di Tasikmalaya, 76% ayah di kota itu mendapatkan penilaian tertinggi untuk selera humor mereka. “ Ayahku merasa dirinya sangat kocak,” ujar seorang gadis berusia 13 tahun asal Kawalu,Tasikmalaya. “ Sebenernya sih iya, tapi aku gak pernah mau mengakuinya.”


Untuk hal kemandirian, seperti mengetahui apa yang terjadi dalam keseharian mereka. Penilaian yang diberikan semakin rendah seiring dengan bertambahnya usia remaja, karena mereka menuntut pengawasan yang tidak terlalu ketat. Namun remaja tetaplah remaja, dan akan selalu protes jika orang tua mereka terlalu campur tangan. “ Ayah! Aku udah gede, sekarang umurku 16 tahun. Ayah gak bisa donk terus-menerus mengekang aku!” kata seorang gadis yang duduk di kelas satu SMA di Tasikmalaya.


Siska Khairunnisa
Nedutas Lover

Tidak ada komentar: