27 Januari 2008

Berbincang dengan Prof. Dr. Kusmayanto Kadiman

BAGAI mendapat durian runtuh. Sebuah perasaan dan pengalaman yang sulit terlukiskan oleh dua siswa SMA Al Muttaqin, Ilham Azmy dan Ihsan Budi Rachman yang beberapa waktu lalu diundang oleh ITB pada acara peresmian Faculty House FMIPA ITB dan Museum Astronomi Indonesia.

Bukan hanya dikarenakan menjadi salah satu dari 5 SMA di Indonesia yang diundang, namun mereka bersua, bahkan berbicang dan berdiskusi dengan beberapa tokoh Indonesia. Pak Menristek (Menteri Riset dan Terknologi), Prof. Dr. Kusmayanto Kadiman pun ambil bagian dalam acara ini.

Perasaan segan dan grogi sempat menghinggapi perasaan dua utusan SMA Al Muttaqin ini ketika bersua dengan Pak Menteri. Bayangan Pak Menteri yang protokoler dan kerapkali digawangi oleh ajudan-ajudannya, lepas seketika manakala dengan penuh keakraban dan kebapakan Pak Menteri menyapa, seperti ayah ke anaknya. Banyak hal yang bisa terjadi. Di awal perjumpaan, Pak Menteri malah menyapa duluan anak SMA yang ada di forum itu. Selevel menteri begitu akrab dan humoris. Nuansa inteleknya begitu kelihatan dan tidak kaku. Berpikir luas dan mendalam begitu terasa.

“O, ya Ini ade dari mana?... O... Ti Tasik. Kumaha damang? Ke... Ke... SMA Al Muttaqin palih manaeun masjid Agung...? ... Tebih teu ti jalan ageung? ... Atuh eta mah abdi oge uninga,... understand mister?” Sapa Pak Menteri sambil melirik Wakil Dubes Belanda untuk Indonesia .
Pernah suatu ketika, di sela-sela antri makan, “Ayo, De, bawakan piring makannya buat saya. Jangan mau kalah. Anak muda harus banyak ide. Tunjukkan kita bisa dan mampu. Lihat tuh, di sebelah sana banyak piring kecil. Ambil ya buat saya...” Rentetan kalimat yang terlontar dari Pak Menristek kepada Ilhan dan Ihsan. Kebetulan Ilham, Ihsan, dan Pak Menristek berdekatan. Di samping Pak menteri dan Ihsan Ilham terdapat Atase Kebudayaan Kedubes Malaysia untuk Indonesia mendampingi astronot yang baru saja mendarat di bumi.

***

Begitu asyiknya berbincang dengan Pak Menteri. Selain banyak memberi wawasan yang luas dan berlatar belakang sains exact, ternyata beliau mampu dengan gambling soal budaya. Tentang pakaian, misalnya. Beliau begitu filosofis memaknai baju yang beliau gunakan. “Lihat nih baju saya, coba tebak apa maknanya? Tidak sembarang nih...” ujar Pak Kusmayanto yang mantan Rektor ITB ini bertanya.

“Ini baju sesuai nuansa acara saat ini. Penuh dengan nuansa astronomi. Lihat khan, banyak bintang-bintangnya. Ini saya pesan khusus,” cerita Pak Menteri. Saat berbincang dengan Pak Menteri, sang kuli tinta, yang lebih professional dari kami, langsung mengerubuti dengan luncuran pertanyaan-pertanyaan yang belum Ilham dan Ihsan mengerti.

Banyak wartawan bertanya teknologi dikaitkan dengan nuansa poloitik global. Seperti tentang strategi nuklir untuk keamanan Negara, global warming yang penuh nuansa kapitalis, hingga strategi keilmuan masa depan yang berlaku di pasar global bagi eksistensi bangsa Indonesia . Memperhatikan pertanyaan sambil ikut nimbrung membuat insane Al Muttaqin ini terkesima. Ternyata, seorang saintis mesti tahu juga aspek politisnya. Seperti Malaysia , mengapa bisa ke angkasa? Sebab Malaysia berbismnis kapal Sukoi dengan Rusia dan akhirnya mereka ada MoU untuk sama-sama terbang ke angkasa.

Siap Dukung ASC 4

Sebuah hal paling menarik dalam pembicaraan kami, yakni membahas tentang kegiatan SMA Al Muttaqin. Acara Al Muttaqin Science Challenge (ASC) 4. “Apa itu ASC..?” Tanya Pak Kusmayanto .
“Ya... Kalau gitu bcoba aja ke Pak Mendiknas. Itu lebih pas. Tapi, bagus juga acaranya. Boleh juga tuh lombanya. Kalau lomba roket, ya cocoonya dengan LAPAN. Pasti kami siap dukung. Nanti hubungi saja Pak Bambang ya.” Kaya Pak Kusmayanto.
Pak Bambang pun akhirnya mengham[iti kami. “Nanti hubungi saya aja di Kantor Menristek. Ini nomor telepon saya,” kata Pak Bambang, Deputi Menristek.

Acara bersama Pak Menteri diakhiri dengan makan bersama dan penanaman pohon. Yang lebih menarik lagi, Pak Menristek ini juga pandai berfilosofis tentang sebuah pohon. Tak hanya filosofis dalam bahasa Indonesia , tetapi juga dalam bahasa Jawa dan Sunda. Termasuk bahasa ilmiahnya sebuah pohon.

“O, ya... Ini pohon kepel. Ada yang tahu maknanya? Coba apa..?” Tanya Pak Menteri dengan komunikatifnya sambil menjelaskan lebih lanjut tentang arti kepel dalam bahasa Jawa dan Sunda. Untuk lebih memuaskan pengetahuannya, beliau pun memanggil Profesor Biologi IT. “Gimana nih Pak menurut Ilmu Biologio pohon ini?” Tanya Pak Menteri.

Mendelegasikan 2 orang siswa SMA Al Muttaqin ini bukanlah suatu hal yang mudah. Selain terasa mendadak, sekolah juga menyaring terlebih dahulu siswa yang memiliki nilai fisika paling gede. Maka, dipilih Ihsan dan Ilham. Ditambah, nilai akhir semesterannya pun mempublikasikan posting memuaskan. Salah satu oleh-oleh yang teraup dari perjalanan kami, salah satunya, ada resep sukses studi dari Presiden Mahasiswa Farmasi se-dunia, cerita unik astronot Malaysia, kiat menguasai IPTEK, dan banyak lagi, termasuk Rekomendasi Pak Menristek untuk mendukung ASC 4 mendatang. Semoga pengalaman ini menjadi titik awal menuju Indonesia yang cerdas dan berprestasi!

Laporan : Ilham Azmy, Ihsan Budi Rachman,
S. A. Deliabilda (Q Smart)