19 Januari 2008

Sekadar Curhat: Tak Ada Alasan untuk Berhenti Menulis

SEJATINYA apabila kita telah mempunyai suatu kebiasaan yang baik, mesti kita pertahankan bahkan ditingkatkan lebih dalam. Baik dari segi kuantitasnya ataupun kualitasnya. Dalam kesempatan ini saya menyampaikan curahan hati (curhat). Curahan hati seorang siswa yang notabene adalah insan yang tengah mencari ilmu dan “berpetualang” mencari arti hidup dari pembelajaran yang ternyata tidak terpaku dalam sebuah ruangan yang lazim disebut kelas. Masih banyak “kelas” lain yang kebanyakan orang belum diikuti mata pelajarannya.

Katakan saja saya adalah seorang pelajar yang beruntung. Beruntung dalam artian diberi kekuatan dan kesempatan untuk mengekspresikan segala unek-unek dalam pikiran melalui sebuah goresan tulisan. Buah pikiran saya acap kali dituangkan secara gamblang, bebas, murni, orisinil, kritis namun terkadang agak blak-blakkan.
Aktif berkiprah menulis sejak menginjak sebuah masa di mana kata orang banyak masa-masa yang paling indah (SMA). Entah apa yang mendasari ada jargon yang berbunyi seperti itu. Mungkin “darah muda” yang menggebu-gebu mengenai percintaan yang pastinya menjadi sorotan. Tapi di sini kita tidak akan membahas mengenai itu. Bersyukur saya dibimbing oleh seorang guru yang begitu concern membimbing dalam hal tulis-menulis. Kebetulan guru pembimbing saya itu adalah seorang jurnalis. Di bawah bimbingannya alhamdulillah saya bisa menulis banyak hal. Meskipun tulisan saya masih jauh dari kesempurnaan.

Satu hal yang saya yakini, hal tersebut adalah sebuah proses. Dengan seringnya berlatih, belajar dan belajar tanpa henti. InsyaAllah segala sesuatu akan mencapai sebuah kesempurnaan dan keberhasilan. Akan tetapi waktu terus berlanjut sampai saya menginjak kelas 3. Di mana ketakutan saya muncul. Ketakutan di mana apabila kebiasaan dan hobi saya (menulis) sedikit demi sedikit menurun produktivitasnya.Terbukti dengan jarangnya saya menghasilkan sebuah tulisan. Baik tulisan yang dimuat di media ataupun tidak. Dengan alasan, sibuknya aktifitas saya di kelas 3 dalam persiapan menghadapi UN dan SPMB.


Akan tetapi setelah dipikir-pikir dan direnungkan, alasan itu tidak realistis dan terkesan agak naif. Begitu mudahnya kita menyalahkan status kita sebagai kelas 3 untuk berhenti menulis. Toh kita masih bisa memanage waktu. Misalnya di waktu senggang, kita manfaatkan untuk menulis. Kenapa bangsa kita belum bisa maju?

Ternyata salah satu faktornya adalah budaya baca dan menulis masih dianggap tabu dan jarang orang melakukannya.
Tidak seperti negara-negara maju seperti Jepang. Di Jepang orang begitu “lahap” membaca buku dan mengembangkan budaya menulis. Bahkan ada survei yang mengatakan rata-rata orang Jepang dalam sehari membaca lebih dari 5 buku yang berbeda. Artikel, opini, berita, essay, dan masih banyak lagi berbagai jenis tulisan. Diary pun bisa menjadi ajang yang baik dalam hal menulis. Bahkan dari sebuah diary atau catatan harian pun bisa menghasilkan uang. Seperti Radhitya Dika yang menjadikan diary dalam blognya sebuah buku, bahkan sampai 3 buku dihasilkan (Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, dan Radhitya Makan Kakus).

Yogi Achmad Fajar
SMA Al Muttaqin
www.gie-insanmuttaqin.blogspot.com

18 Januari 2008

Prof Dr der Soz (der Sozialwissenschaften), Drs (Doktorandus) Gumilar Rusliwa Somantri

LAGI-LAGI putra asli Tasik “berbicara” di kancah Nasional. Bukannya apa-apa, karena hal ini menunjukkan bahwa putra daerah tidak bisa dipandang sebelah mata. Salah seorang putra daerah asal Tasik berhasil terpilih menjadi Rektor Universitas terkemuka di Indonesia yaitu Universitas Indonesia (UI). Hal yang patut dibanggakan lagi sekaligus menjadi Rektor termuda di Indonesia.

Siapakah gerangan? Doi adalah Prof. DR. Gumilar Rusliwa Somantri. Di usianya yang baru 44 tahun menjadi pimpinan kampus bergengsi di Indonesia. 14 Agustus 2007 Doi dilantik sebagai Rektor Kampus biru tersebut. Berawal dari rasa bangga saya terhadap Gumilar, begitu sebutannya. Untuk itu mengajak pembaca mengetahui lebih jauh mengenai sosok Rektor termuda di Indonesia ini semasa kecil, remaja dan kuliah. Meskipun ringkas, mudah-mudahan bisa memotivasi kita semua.


Terlahir dengan nama Gumilar Rusliwa Somantri. Berasal dari pasangan percampuran dua tradisi. Ayahnya berasal dari keluarga religius berorientasi pendidikan dan berpikiran maju. Sedangkan Ibunya berasal dari tradisi pesantren. Lahir di kecamtan Indihiang, Tasikmalaya 44 tahun silam, Doi adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara.

Sejak kecil Doi sudah dididik untuk belajar disiplin dan mandiri. Keseharian Doi ketika masa SD, setiap Subuh sudah dibangunkan Ayahnya untuk shalat dan mengaji di mesjid. Selanjutnya menimba air mengisi bak mandi, memberi ikan makan di kolam terletak dekat sawah, baru berangkat sekolah.

Hobinya waktu kecil adalah mendengarkan warta berita RRI Jakarta melalui radio transitor. Membaca buku dan koran tak luput dari hobi Doi. Semasa SMP, Gumilar tercatat sebagai penulis, aktivis, serta siswa teladan. Doi masuk SMP Negeri yang lokasinya sejauh 5 kilometer dari desanya. Dan Doi pulang-pergi berjalan kaki menuju sekolahnya.

Sebagai penulis, Doi aktif menulis karya sastra, puisi, cerpen, dan artikel untuk koran dan majalah (majalah anak-anak Kuncung dan Kucica, serta Koran Suara Karya dan Pikiran Rakyat). Karena tulisannya sering dimuat, Doi mendapat honor yang lumayan hasil dari tulisannya. Semasa SMP pun sudah belajar bekerja. Dengan menjadi guru les Matematika kepada siswa SD anak keluarga kaya di desanya.

Masih masa SMP, Doi terkenal aktif sebagai aktivis. Mulai dari Pramuka, PMR, pecinta alam, dan OSIS pernah Doi jalani. Tak tanggung-tanggung jabatan ketua pun disandang.
Juga, Doi menggagas pendirian majalah dinding (Mading) untuk sekolahnya. Bahkan yang menarik, Doi menitipkan barang dagangan di warung sekolah atau warung lain sepanjang perjalana menuju SMP.

Prestasinya pun tidak bisa dianggap biasa-biasa saja. Bisa dibilang sangat baik, selalu ranking tertinggi di kelas dan lulus SMP secara gemilang. Memasuki masa SMA, Gumilar remaja mulai “menampakkan taringnya”. Peran aktivis masih dilakoninya. Ketua OSIS, dan Ketua Pramuka pun kembali disandang di SMA.

Ketika akan kuliah, Doi mengikuti ujian saringan di UI. Hasilnya, Doi lulus diterima di UI. Ini merupakan hasil dari kerja kerasnya dalam belajar. Kuliah di UI, like dream come true. Doi hidup sebagai mahasiswa di asrama mahasiswa di Daksinapati Rawamangun.

Semasa kuliah pun, sebagai mahasiswa Doi semakin memperdalam kiprahnya dalam berorganisasi. Jabatan Wakil Ketua Senat Mahasiswa pun Doi sandang. Sejak kuliah S1 Doi selalu menggantungkan cita-cita melanjutkan sekolah ke luar negeri dan memperoleh gelar Doktor. Sekali lagi dengan kerja keras Doi berhasil mendapatkan S2 bahkan S3 di Jerman.

Semangat dan motivasi yang menggebu-gebu dari Doi membuatnya selalu berani mencoba dan mencoba. Serta tidak mau menyerah pada kegagalan. “Belajar dengan cepat tentang segala hal, berani mengambil keputusan, dan melihat jauh ke depan. Melekat dalam perjalanan hidup saya”. Tegas Gumilar yang dilansir dari Blog pribadi miliknya.

Yogi Ahmad Fajar
Q-Smart

Calon Model Calon Pengusaha

WHOOA....!!! Ada lagi nich bintang baru SMP Negeri 2 Tasikmalaya yang kini duduk di bangku kelas VIII, sebut saja “Bena”. Cowok imut penyuka warna hitam yang punya prestasi di dunia model ini terlahir dengan nama Bena Nur Setia Putra.

Putra dari pasangan Deded Rahmat Setiadi dan Ny. Teti Ruhaeti ini memang mempunyai bakat di dunia entertainment, terbukti ia keluar sebagai juara favorite dalam ajang Pemilihan Bintang Sinetron, Iklan dan TV se-Jawa Barat serta juara 3 Pemilihan Wajah Model 2007 yang dilaksanakan di Jatinangor Town Square pada bulan Nopember lalu.


Tidak pernah terbayangkan sebelumnya di benak cowok yang punya hobi basket dan karate ini bisa meraih juara favorit. Kalo gitu, sejak kapan kamu suka model, truz apa sich yang membuat kamu tertarik sama dunia model?, “ Saya suka model sejak SD. Karena model itu mengasyikan, terus bisa terkenal juga, he...he...he..”, kata penyuka akting Indra l. Brugmann ini.


Bena yang mendapat dukungan penuh dari keduaorangtuanya ini ternyata ikut kursus model di DENY’S MODELLING. Terus gimana nich cara kamu membagi waktu antara kursus model dengan sekolah?, “ kalo sekolah pagi latihannya siang, truz belajarnya malem. Pokoknya, antara sekolah dan model dikerjakannya harus seimbang’, tutur Bena. Selain itu, ada gax sih pelajaran yang paling kamu sukai?, “ Jelas ada dong, saya suka sekali dengan seni musik, pelajarannya seru! Gx bikin boring. Gurunya juga menyenangkan !”, ungkap Bena.


Cowok yang beralamat lengkap di Perum Sukarindik Indah blok A / 73 Rt 05/07 Indihiang Tasikmalaya, ternyata suka sekali nonton TV, “ Aku memang suka sekali nonton TV, terutama acara Empat Mata, ha..ha.. “.


Ngomong-ngomong nech, banyak lho orang-orang beranggapan bahwa kamu itu mirip Marcell Darwin. “ Ach, masa sich! Tapi enggak ah...., aku biasa aja kok!’, timpal cowok yang berzodiak Libra ini.


Penyuka nasi padang dan jus alpukat ini, ingin sekali menjadi pengusaha sekaligus artis. Waaaah....!! Cita-cita memang harus setinggi langit ya! Salut dech buat Bena. Eitts, tapi jangan lupa ya!! Meski udah dikenal banyak orang, tetep rendah diri ya Ben......okayz.


Intan, niNE
Nedutas Genial SMP Negeri 2 Tasikmalaya

13 Januari 2008

Nesatta Art Concert

FIUH! Akhirnya setelah beberapa hari tempo lalu kita melewati ujian semester yang melelahkan. Lalu disambung dengan Pekan Olah Raga Antar Kelas (PORAK), Nesatta menggelar sebuah acara yang memang sudah turun temurun setiap tahun. Apalagi kalau bukan "Nessata Art Concert", ajang kreativitas siswa.

Tiap kelas menampilkan kreasi untuk dilombakan. Lomba bazar khusus kelas 8. Sedangkan kelas 9 lomba band kelas dan operet. Acara yang digelar 27 Desember lalu itu berlangsung meriah. Momentum itu sekaligus menjadi kesempatan untuk reunian. Pasalnya, alumni SMPN 1 Tasikmalaya juga diundang.


Acara dibuka dengan cara yang unik oleh Kepala SMPN 1 Tasikmalaya, Dadang Yudhistira. Saat drum ditabuh sebagai pertanda pembukaan acara, sambutan tampak riuh. Apalagi kelompok band yang diusung para guru favorit, "Kangguru Band" langsung menggebrak. Sang Vokalis, Budi langsung menggoyang panggung. Apalagi saat "Kangguru Band" feat Yanyan membawakan lagu The Rock, bertajuk "Munajat Cinta".


Selain band dan operet, stan-stan bajar di sisi-sisi lapangan turut menyemarakkan suasana. Berjejer rapi, meja-meja yang digunakan untuk lomba bazar kelas 8. Banyak ragam yang dipamerkan. Termasuk makanan khas yang dijajakan dan dijual kepada warga sekolah dan alumni. Setiap kelas memanfaatkan keramaian itu untuk berpromosi, ada yang membagikan makanan gratis. Ada juga yang menyebarkan brosur.


Di penghujung acara, tibalah saat yang dinanti. Suasana agak tegang. Peserta lomba harap-harap cemas. Akhirnya, para pemenang diumumkan. Penampilan band terbaik diraih Kelas 9D yang membawakan lagu "Biarlah" dari Nidji dan "Saat Indah Bersamamu" milik Ungu.
Operet terbaik diboyong Kelas 9 G yang menampilkan "Purbasari". Dewan Juri menilai, operet itu pantas menjadi juara, lantaran sangat kental dengan tema kedaerahan. Sedangkan bazar paling kinclong, berhasil dibukukan Kelas 8G yang dinilai kreatif, karena promosi unik dalam brosur: bisa memesan makanan melalui SMS. Penampilan band Aljabar dan Black Shadow tampil sebagai penutup acara. Masih kental suasana ceria. Mereka menyuguhkan lagu-lagu beraliran rock.


Karina Rizkyta ANF (8G)
SMPN 1 Tasikmalaya

Kekerasan, No Way!

KEKERASAN di sekolah sudah bukan hal yang aneh lagi. Di Kota Tasikmalaya terbilang sering terdengar. Tempo lalu saja, ada korban di sebuah eskul Pecinta Alam SMKN 2 Tasikmalaya. Sang korban tampak trauma, saat dirawat di RSUD.

Menurut Busrol Karim, salah seorang aktivis mahasiswa STISIP Tasikmalaya, tindakan kekerasan sangat merugikan. Ia menyayangkan kekerasan bisa terjadi di lingkungan dunia pendidikan.

"Kekerasan tak boleh terjadi di sekolah," katanya saat ditemui tim reporter Saba Sakola di kampus STISIP, Sabtu (12/1). Seharusnya, kata dia, pembimbing selalu mengawasi dan membimbing eskul selama melakukan aktivitas, baik di dalam maupun di luar sekolah. Namun ia memaklumi, usia muda acapkali berada dalam kondisi labil. "Ada gedebur emosi untuk mendapatkan sesuatu, keinginan untuk memberontak," imbuhnya.


Kondisi lain yang memicu adalah faktor nafsu kuasa. Busrol mengungkapkan, para senior cenderung merasa lebih berkuasa ketimbang junior. Nafsu kuasa itu kadang-kadang diterjemahkan dengan kekerasan. Unjuk kekuasaan yang akhirnya menjadi tradisi saat ada inisiasi, prosesi masuk menjadi anggota organisasi.
Jalan keluarnya, kata dia, musti ada komitmen bersama antara lembaga sekolah, organisasi intra sekolah, dan eskul, agar tidak memberi peluang untuk praktik kekerasan. No kekerasan.

Fynesta (SMAN 2 Tasikmalaya)
Dea Sarah P (SMAN 2 Tasikmalaya)
Vian Sulastri (SMAN 3 Tasikmalaya)

Eskul, Ajang Balas Dendam?

KEKERASAN yang terjadi di eskul sekolah menjadi sorotan masyarakat. Peristiwa yang membuat korban musti dirawat di rumah sakit itu kembali terjadi. Orangtua siswa dan warga sekolah pun dibikin resah.

"Kekerasan di sekolah tak seharusnya terjadi," kata Erlan Suwarlan, S.Ip, dosen Pengantar Ilmu Sosial dan Pemerintahan. Ia memandang merekrut anggota suatu organisasi tidak mesti disertai dengan kekerasan, apa pun motifnya.


"Ada kecenderungan, kekerasan itu dipicu perasaan dendam. Maksudnya, boleh jadi bagus, yakni untuk menguji mental," ujarnya lagi. Tapi kalau kebablasan? bisa timbul masalah, kan?
Alumni SMAN 5, Teguh Arifianto juga berpandangan senada. Ia lebih menekankan pada sekolah untuk pembinaan eskul sangat penting. "Para pembina sebaiknya memberikan pemahaman pada anak didiknya dengan cara persuasif," katanya.

Jika langkah itu tidak dilakukan bisa terjadi kemungkinan buruk. Ironis, eskul yang mustinya menjadi wadah pengembangan potensi pelajar, kok dimanfaatkan untuk ajang balas dendam senior terhadap junior, dengan dalih melatih mental.
Akankah terus berlanjut dan mendarah daging?

Fergischa (SMAN 1 Tasikmalaya) Tina (SMAN 2 Tasikmalaya)

SMAN 1 Banjar Raih Penghargaan SK Priangan

SMA Negeri 1 Kota Banjar melalui mading EKSPRESIF tampil sebagai pemenang kategori umum (SMP-SMA) dalam Lomba Mading LAC ke-3 di Mayasari Plaza Tasikmalaya (10-11).

Mading Ekspresif mampu menyaingi keindahan artistik, kedalaman isi, dan variasi rubrik dari 31 peserta lomba mading lainnya.


Sementara juara kategori SMA dimenangkan TRI - FO dari SMAN 3 Kota Tasikmalaya. Kategori SMP dimenangkan mading GODINK dari SMPN 1 Tasikmalaya.
Sedangkan juara favorit diraih ATMOSPHERE dan SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya. Seluruh mading yang mengikuti lomba akan ditampilkan di SK Priangan.