20 Januari 2008

Sewa Gedung untuk PB, Bisakah Setengah Harga?


SIAPA yang tak kenal Dadaha, pusat kebugaran warga Tasikmalaya. Berbagai akivitas olahraga berlangsung di sana. Ada tenis lapangan, bulutangkis, volly, sepakbola, atletik, dan lain-lain. Komite Olahraga Nasional Indonesia Tasikmalaya pun berkantor di kawasan itu.

Di sinilah tempat mangkal atlet-atlet berbakat. Sejarah telah mengukir nama besar Susi Susanti yang dibesarkan kawah candradimuka Dadaha. Pebulutangkis asal Tasikmalaya itu telah mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah mancanegara. Namanya pun diabadikan menjadi GOR bulutangkis di Dadaha. Sampai saat ini KONI Tasikmalaya terus berupaya melahirkan 'Susi Susanti' lainnya. Termasuk pula mengembangkan cabang olahraga lainnya.

Maman, pengelola sekaligus penjaga kantin menuturkan GOR Susi Susanti banyak dikunjungi atlet untuk latihan. Sederhana saja cara mengukurnya, kantin Maman banyak dikunjungi pula sebagai dampaknya.

Salah seorang asisten pelatih sebuah klub bulutangkis, Samsul yang telah berkecimpung sejak tahun 1980-an, menuturkan potensi atlet Tasik sangat baik. Namun yang masih jadi kendala, kata dia, adalah soal administrasi. Contohnya soal penyewaan lapangan untuk umum dan Persatuan Bulutangkis (PB).

"Saya harap pemerintah memberi dukungan penuh kepada atlet-atlet muda berbakat dalam cabang olahraga apa pun. Banyak atlet berbakat yang keluar karena beratnya masalah ekonomi mereka. Intinya bagi pengguna umum dan PB atau organisasi lainnya harus berbeda. Umpamanya bisa setengah harga," tuturnya saat ditemui tim Tedjo Tua di GOR Susi Susanti (20/1).

Tim 3 (Riza Faisal, Anjar Hardi P, Nuryamin, Novia, Tria, Eulis, Syefina)

Tidak ada komentar: