20 Januari 2008

Citizen Journalism gaya "Tedjo Tua"

TEDJO tua, patahan kata itu lahir dari perdebatan sengit. United Student Journalist of Art, itulah kepanjangannya. Komunitas itu lahir setelah workshop jurnalistik yang digelar Lingkar Studi Pemerintahan STISIP Tasikmalaya dan SK Priangan kelar, Ahad (20/1).

Sebelumnya ada beberapa nama yang ditawarkan. Di antaranya, Jourholic, Juventas, Jutek, Forum Penulis Pelajar dan Mahasiswa Tasikmalaya (FPPMT), dan Barudak Jurnalis Tasik (BJT). Namun akhirnya, peserta diklat sepakat memilih Tedjo Tua.
Jika dimaknai per kata. 'Tedjo' bisa merujuk pada sebuah nama warga biasa. Jelata. Sedangkan 'Tua', merupakan kata sifat yang menunjukkan usia.

Sepintas lalu, seperti tak ada hubungan dengan komunitas jurnalis. Namun, bila diendapkan ternyata bisa dimaknai mendalam dan menghujam.
Bukankah warga biasa menulis, merupakan semangat citizen journalism? Seorang Tedjo, yang jelata, ternyata punya ruang untuk menjadi seorang jurnalis. "Sedangkan tua, bisa diartikan kematangan," kata Bayu, salah seorang peserta diklat.

Kegiatan itu, menurut Ketua LSP STISIP Tasikmalaya, diupayakan akan menjadi agenda tahunan, bekerjasama dengan SK Priangan. Ia menuturkan, dalam diklat kemarin turut pula memberikan materi, Koordinator Tasik Corruption Watch (TCW), Dadih Abdulhadi, jurnalis muda Teguh Arifianto, Penulis Ranita Dewi dan Kelik.


Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan STISIP Tasikmalaya, Damay Rusli. S.Sos. MPd, berharap lahirnya komunitas penulis muda itu bisa efektif menjadi wadah kreativitas.

"Bahkan, mudah-mudahan menjadi ancang-ancang bagi STISIP untuk membuka jurusan Ilmu Komunikasi," katanya saat penutupan, mewakili Ketua STISIP Tasikmalaya, Dr. Popon Supriatna, M.Pd.

Tim 1 (Maharani, Delima, Listriyani, Puji, Intan, Santi, Cecep, Ismail)

Tidak ada komentar: